Monday, June 26, 2017

Berkah Ramadhan sampai Lebaran. I'm officially a translator! ^^

Selamat hari raya Idul Fitri!

Yang namanya berkah atau rezeki itu bukan hanya sekedar uang ataupun harta, namun juga banyak hal lainnya seperti contohnya kesehatan. Lebaran tahun ini saya memperoleh salah satu rezeki yang sangat luar biasa. Ini bermula awal bulan Ramadhan tahun ini, yaitu saat saya mencoba mendaftarkan diri menjadi salah satu anggota tim penerjemah di salah satu agensi penerjemahan pertama yang ada di daerah tempat saya tinggal.

Menjadi penerjemah, tepatnya seorang "in-house translator", adalah impian saya sejak kecil. Dulu almarhumah Nenek seringkali membelikan buku cerita. Dari yang berbahasa Indonesia sampai pernah satu kali almarhumah membelikan versi dwibahasa sebagai kado ulang tahun saya (hadiah yang paling berkesan bagi saya). Hobi membaca komik inilah yang memotivasi saya untuk menjadi seorang penerjemah, apalagi saya sadar bahwa jika menjadi penerjemah saya bisa membaca buku duluan sebelum buku tersebut terbit. Hehehe.

Kembali lagi ke cerita tentang berkah Ramadhan yang saya sudah singgung. Pada awal bulan Ramadhan kemarin salah satu dosen saya yang baru saja menyelesaikan studinya baru saja kembali. Beliau menulis sebuah status di Facebook mengenai lowongan tim penerjemah di agen yang akan beliau dirikan. Dari status tersebut, saya melihat beberapa senior serta kawan-kawan yang saya tahu memiliki bakat dalam bidang penerjemahan. Walaupun sempat ragu, tapi saya tetap mengirim berkas lamaran. Saya berprinsip "kalau bukan sekarang, kapan lagi?" dan "mencoba saja tidak mengapa". Sempat juga meminta tolong kepada salah satu teman saya untuk memeriksa hasil terjemahan saya sebelum dikirim bersamaan dengan berkas lainnya.

Akhirnya tibalah saat pengumuman. Saya kaget bahwa saya memperoleh surel yang menyatakan bahwa saya lulus seleksi dan resmi menjadi bagian tim penerjemah. Saya juga senang mengetahui teman yang memeriksa terjemahan saya juga lulus. Begitu diterima menjadi penerjemah, langsung saja satu persatu teks dari klien berdatangan untuk diterjemahkan. Padahal saat itu saya juga sementara membantu dosen lain mengajar di kampus. Namun, semua ini saya anggap sebagai latihan bagi saya untuk mempersiapkan diri jika diberi kesempatan untuk melanjutkan studi. Yang membuat saya sangat senang adalah saat saya diberi kepercayaan membantu menerjemahkan ijazah yang cukup membuat saya kewalahan saat mengerjakannya. Semua itu terbayar dengan melihat hasil terjemahan dokumen resmi pertama yang saya kerjakan.

Dari pengalaman ini saya belajar bahwa bukan rezeki itu adalah saat cita-cita yang kita impikan bisa terwujud. Pesan saya adalah bersyukurlah dengan apa yang kita miliki. Memang terdengar klise, tetapi yakinlah bahwa cara untuk bahagia salah satunya adalah dengan bersyukur. Terima kasih sudah membaca! ^^

Tuesday, December 13, 2016

Bisnis "Thank You"

Kebanyakan kalau ada yang minta tolong, ujung-ujungnya hanya sebatas ucapan ‘thanks’.

Kalimat diatas adalah satu-satunya ungkapan yang paling menggelitik saya saat mengobrol dengan salah seorang teman. Dia seorang fotografi amatir. Obrolan kami berawal dari kecemasan saya mengenai apa yang harus dilakukan setelah wisuda nanti. Kami sedang membicarakan tentang prospek masa depan, tentang apa pekerjaan yang paling sesuai dengan pola pikir kami mengingat sifat saya dan teman saya yang tidak mau terikat kontrak kerja yang terlalu lama.

          Saya katakan padanya untuk mendalami profesinya sebagai seorang fotografer lepas atau bahasa kerennya “freelance”. Namun teman saya ini kelihatan agak bimbang dan ragu tentang menggeluti pekerjaan yang memang merupakan hobi yang sudah ditekuninya sejak lama. Dia berpendapat bahwa kalau saja orang-orang memiliki wawasan luas dan lebih terbuka dalam menyikapi sesuatu maka sudah dari dulu dia menerima ratusan tawaran permintaan memotret yang kebanyakan berasal dari orang-orang di lingkungan kampus. “Ini namanya bukan bisnis betulan, ini lebih tepat kalau disebut ‘bisnis thank you’” kata teman saya sambil tertawa dengan nada mengejek. Saya bertanya apa yang dimaksud dengan ‘bisnis thank you’ ini dan jawaban darinya langsung membuat saya paham tentang istilah unik yang baru saya dengar ini.

          Ada beberapa individu yang meminta bantuan jasa tanpa pikir-pikir (saya pakai istilah yang lebih enak didengar daripada menggunakan kata “mengeksploitasi”). Menurut hemat teman saya, mereka inilah para pencetus ide “bisnis thank you” yaitu orang-orang yang menghargai para pekerja jasa dengan dua kata saja “terima kasih”. Memang tidaklah salah malah sudah seharusnya kita mengucapkan kata ini jika orang lain menolong kita, tetapi untuk urusan profesionalisme dibidang usaha jasa bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini?



          Tak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah mahkluk sosial dan harus saling tolong menolong. Namun apakah pantas kata “tolong menolong” dijadikan sebuah tameng dalam kasus “bisnis thank you” ini? Bagi saya pribadi, mau dibayar atau tidak dibayar sebenarnya tergantung dari seberapa besar permintaan tolong yang diterima. Saya berikan contoh dari pengalaman saya sebagai seorang penerjemah lepas. Misalnya, kalau ada yang meminta bantuan menerjemahkan satu halaman dengan bahasa yang tidak terlalu rumit maka bukan masalah jika ucapan terima kasih yang terlontarkan atas hasil kerja saya. Hitung-hitung beramal dan sebenarnya saya juga diuntungkan karena selain dapat mengaplikasikan ilmu yang telah saya dapatkan, saya juga bisa belajar lebih saat mengerjakannya. Namun beda halnya jika saya harus menerjemahkan berpuluh-puluh halaman. Haruskah hasil kerja saya dihargai dengan ucapan saja hanya karena alasan-alasan yang bersifat manusiawi?

          Pandangan saya semakin terbuka saat menceritakan hal ini kepada orang tua saya. Beliau berpendapat bahwa bagi penganut paham “bisnis thank you” ini punya dampak yang saya tak pernah sangka sebelumnya. Beliau berpendapat bahwa logikanya, terlalu membuat seseorang nyaman dengan memperbolehkannya menghargai para pekerja jasa dengan ucapan terima kasih bisa merusak citra kita dimata calon klien. Mungkin saja si individu yang pernah menghargai kita dengan ucapan andalan ini salah melakukan promosi kepada orang lain sehingga walaupun banyak order terjemahan yang datang yang bisa menikmati hasil kerja kita, selain si klien, adalah telinga kita yang terbuai dengan ucapan ajaib nan manusiawi.

          Saya bercerita panjang lebar mengenai “bisnis thank you” ini buka karena saya tidak setuju ataupun menyimpan perasaan kecewa dan marah yang berlebihan terhadap para penganut paham ini. Saya sempat kecewa, tetapi tidak serta merta membiarkan hal ini melunturkan semangat saya untuk menolong orang lain serta memberikan hasil kerja yang maksimal. Walaupun terkadang honor yang diperoleh ada yang tidak sesuai, terlepas dari itu semua, bagi saya rejeki sudah ada yang mengatur. Kita boleh saja melarat karena usaha yang dihargai dengan ucapan tapi belum tentu kondisi kita tidak berubah selamanya. Karena sebenarnya, dibalik itu semua kita sedang mengisi saldo yang tak terlihat yang bahkan kita tak perlu pergi ke ATM untuk menariknya. Silakan menginterpretasikan sendiri arti kata “saldo” yang saya maksud disini. Terakhir, saya ucapkan “thank you” sudah meluangkan waktu anda untuk membaca tulisan saya sampai habis.

Monday, December 12, 2016

Hemat pangkal Kaya, Koleksi pangkal Hemat

Kali ini saya mau sedikit mengulas tentang sesuatu yang hampir semua orang melakukannya, mengoleksi barang. Ulasan kali ini terinspirasi oleh keadaan saya yang sekarang sedang bingung karena terlalu banyak buku yang harus dibeli. Tujuan saya adalah mengoleksi 1000 buku; sedikit lagi tercapai, hehehe). Saya seorang yang cukup ambisius kalau menyangkut koleksi. Terasa seperti ada yang kurang kalau saya melewatkan satu atau dua buku; dan ini terkadang membuat saya kalap saat berkunjung ke toko buku. Rasanya seperti ingin membawa pulang semua buku yang inginkan pada saat itu juga. Lalu apa hubungannya dengan koleksi? Ya, kali ini saya akan membahas bagaimana cara melakukan hobi ini tanpa ada yang dirugikan, bahkan dapat melatih kita untuk lebih disiplin.


                                                  (Gambaran dari impian saya)

Pertama, saat kondisi seperti diatas muncul, jangan kalap. Tentukan prioritas barang mana yang akan dibeli terlebih dulu. Memang banyak kolektor fanatik seperti saya khawatir jika barang yang akan dibeli keburu terjual. Solusinya, jika sering berbelanja online, perhatikan komentar ataupun diskusi tentang barang koleksi. Perhatikan juga jumlah terjual dari barang yang diinginkan. Semakin banyak komentar, diskusi, atau jumlah terjualnya, segera masukan kedalam daftar prioritas.

Kedua, hemat pangkal kaya. Peribahasa ini juga berlaku untuk para kolektor. Tanpa uang kita tidak dapat membeli barang koleksi. Kalau sudah begini akan sangat susah jika ingin mengoleksi barang, katakanlah novel berseri banyak, hingga lengkap. Sisihkan penghasilan atau uang jajan untuk menabung. Buat rekening khusus dan catatan keuangan. Kedua hal ini akan sangat membantu dalam mengoleksi barang dan melatih kedisiplinan soal uang. Bahkan mungkin saja membangkitkan naluri ekonomi kita, hehehe.


Bagi saya, kedua hal ini sangat bermanfaat bagi para kolektor agar tidak sembarangan dengan dompet mereka. Jangan boros, sekalipun untuk mengoleksi barang. Mungkin dompet bisa bernafas lega karena isinya tidak lagi kekenyangan (baca: penuh). Namun, dompet yang sehat bukan berarti pemiliknya juga sehat; bisa saja ia dibuat sakit karenanya. 

Sunday, November 20, 2016

Guru, Bukan Hanya Sekedar Pengajar.

Beberapa hari yang lalu adalah hari pahlawan. Walaupun terlambat, tapi tak apalah. Masih dalam suasana hari pahlawan seperti ini jadi ingat ketika selama dua bulan kemarin menjadi guru di sekolah tempat saya melakukan praktek mengajar dulu.

Meskipun hari guru dan hari pahlawan jatuh pada waktu yang berbeda, tidak ada salahnya saya bercerita sedikit tentang guru (atau lebih tepatnya pengalaman saya mengajar). Menurut saya guru dan pahlawan itu sama, hanya saja senjata yang digunakan berbeda, hehehe.

Jadi ceritanya guru pamong (sebutan untuk guru penanggung jawab praktek mengajar) saya meminta tolong untuk menggantikan beliau mengajar selama beliau naik haji. Saat itu saya menerima tawaran beliau selain karena ingin membantu saya pikir ini kesempatan bagus untuk mendapat pengalaman serta menerapkan pengetahuan yang didapat semasa kuliah dulu. Singkat cerita, hari-hari menjadi guru penggantipun dimulai. Awalnya saya cukup menikmati pekerjaan ini, namun pikiran saya berubah setelah tiga minggu mengajar.

Banyak hal yang cukup membuat saya kewalahan saat menjadi guru, terutama permasalahan seputar siswa. Mulai dari siswa yang terlambat memasukan tugas atau terlambat masuk kelas. Saya cukup kewalahan karena belum terbiasa berurusan dengan siswa, pekerjaan utama saya saat itu lebih sering berhadapan dengan teks atau buku. Lepas dari itu semua, saya mendapat sebuah pelajaran berharga bahwa menjadi guru itu sama dengan menjadi seseorang yang harus terus belajar. Belajar untuk mempersiapkan materi pelajaran, belajar memahami permasalahan siswa, belajar mengikuti perkembangan zaman, dan bahkan belajar menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Saya juga tahu akan satu hal sekarang, bahwa profesi guru itu cukup kompleks namun juga cukup menyenangkan (dan cukup kompleks, hehehe).

Terakhir, saya sematkan sebuah gambaran tentang apa yang dilakukan - atau lebih tepatnya sih curahan hati seorang guru :D.


Friday, November 11, 2016

Berani Memulai, Berani Mempertahankan

Sudah lama saya tidak menulis dicatatan virtual ini. Banyak hal yang sudah terjadi sehingga catatan ini harus dibiarkan kosong setelah sekian lama. Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah mood saya yang sering berubah.

Pertama kali membuat akun blog, keinginan untuk menulis sangat kuat. Setidaknya satu tulisan diposting dalam seminggu. Namun seiring waktu berjalan, hasrat tersebut perlahan berkurang. Saya juga pernah mengalami ini sebelumnya. Karena itulah akun ini dibuat dan behenti menulis di blog yang lama (mungkin blog yang lama tulisannya juga cukup lebay, hehehe).

Saya beranggapan bahwa sangat bagus jika kita sudah berani memulai melakukan sesuatu. Belum tentu seseorang yang memiliki ide menyegerakan untuk merealisasikan ide tersebut. Ada saja hambatan dari diri sendiri maupun dari sekitarnya. Kalau teman-teman saya bilang “hanya sampai direncana saja idenya setelah itu nol”. Dengan kata lain, memulai sesuatu sama seperti mengangkat batu yang menghalangi tujuan kita. Lalu, apakah hanya dengan memulai sesuatu berarti kita telah mendapatkan apa yang kita inginkan? Ternyata tidak. Masih ada tantangan yang menanti setelahnya.

Dari sini saya belajar bahwa berusaha untuk tetap menulis, mempertahankan keinginan agar terus menghasilkan tulisan. Ini merupakan rintangan yang harus dilewati setelah saya bertekad untuk melakukan sesuatu.

Tuesday, May 10, 2016

TOEFL, Listening, and a Little Bit of Imagination.

Hai!
Sudah lebih dari seminggu saya tidak menulis di blog. Beberapa hari ini saya cukup disibukkan dengan jurnal artikel yang harus saya proofread dan jumlahnya cukup banyak, it's quite difficult but I enjoy it a lot!
Well, pada tanggal 8 mei kemarin juga saya iseng iseng mengikuti tryout TOEFL yang diselenggarakan oleh salah satu komunitas bahasa Inggris di tempat saya yaitu Gorontalo English Community Center. Saya ingin menguji apakah kemampuan berbahasa Inggris saya dalam mengerjakan soal TOEFL masih bagus atau tidak. Cukup was was menunggu skor TOEFL nanti tapi saya yakin skor tersebut tidak akan mengecewakan (I'm pretty sure about my ability atau pasrah lebih tepatnya, hehehe).

Monday, May 2, 2016

Anti-Plagiarism, from Hate to Respect.

Saya baru sadar bahwa saat menulis postingan pertama kemarin bertepatan dengan hari pendidikan nasional (hardiknas). Bagi saya pribadi tanggal 2 Mei kemarin merupakan hari yang bersejarah. Ada cerita tersendiri yang sampai sekarang saya ingat saat ikut memperingati hari pendidikan nasional tersebut.
Empat tahun yang lalu, saat memperingati hardiknas, jurusan tempat saya kuliah mengadakan semacam aksi bertajuk say no to plagiarism.
Powered by Blogger.

Sample Text

Social Icons

Pages

Followers

Featured Posts